Komikus Zaman Sekarang Kehilangan Karakter, Ini SebabnyaSenin, 31 Agustus 2015 17:04
SURYAMALANG.COM/Samsul Hadi
Komikus Malang, Aji Prasetyo (baju merah rambut gondrong) dan anak Teguh Santosa, Dhany Valiandra (baju abu-abu) melakukan diskusi dengan pengunjung pameran komik karya Teguh Santosa di gedung Dewan Kesenian Kota Malang, Senin (31/8/2015).
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Keterbatasan akses informasi dan literasi karya komik era 1970-an, membuat karya komikus genarasi sekarang kehilang karakater asli Indonesia.
Sekarang, kiblat komikus masa kini sudah bergeser ke Jepang dan Amerika Serikat.
Topik itu menjadi pembahasan dalam diskusi ringan di pameran komik karya Teguh Santosa di gedung Dewan Kesenian Kota
Malang, Senin (31/8/2015). Hadir sebagai pembicara dalam diskusi itu, komikus
Malang, Aji Prasetyo dan anak Teguh Santosa, Dhany Valiandra.
Aji Prasetyo mengatakan ada mata rantai yang terputus antara komikus di zaman Teguh Santosa dengan komikus generasi masa kini.
Minimnya literasi dan informasi tentang karya komik masa lalu, membuat komikus generasi sekarang yang beralih kiblat. Komikus era sekarang lebih berkiblat pada karya komik dari Jepang dan Amerika Serikat.
"Ini pentingnya ada pameran karya komik era 1970-an, seperti karya Teguh Santosa. Pameran ini bisa menjadi refrensi bagi komikus zaman sekarang," katanya.
Dikatakannya, pameran komik karya Teguh Santosa bukan sekadar untuk mengenang kebesaran nama Teguh ketika itu. Tapi, lewat pameran ini, para komikus muda dapat meneladani totalitas Teguh dalam membuat sebuah karya.
Dengan keterbatasan teknologi, Teguh dapat membuat karya komik yang bagus ketika itu.
"Saya paling salut dengan riset yang dilakukan Teguh sebelum membuat karya. Riset visualnya kuat. Ia harus keliling ke museum-museum sebelum membuat karya. Seharusnya komikus sekarang malu kalau risetnya kalah dengan Teguh. Apalagi sekarang didukung tekonologi canggih," ujarnya.
Anak Teguh Santosa, Dhani Valiandra mengakui memang ada mata rantai yang terputus antara karya komikus era 1970-an dengan komikus zaman sekarang.
Hal itu disebabkan minimnya informasi dan literasi tentang komik karya komikus zaman dulu. Pemerintah sendiri dinilai kurang peduli untuk mengarsipkan karya-karya komik masa lalu.
"Sekarang, kami ingin membangkitkan kembali komik di Indonesia. Salah satunya dengan membuat pameran komik karya Teguh Santosa," katanya.
Ia juga berencana membuat pameran besar komik karya Teguh Santosa tahun depan (2016) di
Malang. Pameran komik itu berskala nasional dan mendatangkan komikus dari luar negeri.
"Saya ingin membuat Teguh Santosa Award. Sekarang masih kami diskusikan konsepnya seperti apa," ujarnya.
Peserta diskusi, Wairis Soleh mengaku kagum dengan komik karya Teguh Santosa yang dipamerkan.
Menurutnya, komik karya Teguh Santosa sangat berkarakter. Beda dengan komik karya komikus sekarang yang lebih condong meniru karya dari Jepang dan Amerika Serikat.
"Karya komikus sekarang sudah kehilangan karakter. Sekarang kiblatnya ke Jepang dan Amerika Serikat. Soalnya, refrensi karya komik masa lalu sangat minim," katanya.
Ia berharap pemeran-pameran komik karya komikus masa lalu terus digalakan. Agar komikus generasi sekarang tidak terputus dengan karya komik masa lalu.
"Sekarang dunianya internet. Kalau bisa literasi dan informasi tentang karya komik masa lalu bisa diakses lewat internet," ujarnya.