SMKN 1 Singosari

Rise.Up KIM

Arti Nama dan Logo Rise.Up KIM

Arti Nama

Rise.Up KIM berasal dari kata Rise dan Up yang berarti "Terus Berkembang",

yakni Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang bertekad untuk terus mengembangkan seluruh potensi lokal yang ada pada masyarakat, khususnya di daerah Kabupaten Malang.

Arti Logo

Gambar bintang melambangkan suatu tujuan, yakni tujuan bersama yang muncul dari seluruh elemen masyarakat dan harus diwujudkan.

Gambar buku melambangkan ilmu, yakni ilmu yang berperan sebagai jembatan penghubung untuk mewujudkan suatu tujuan.

Gambar obor melambangkan semangat yang berkobar, yakni semangat yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat khususnya para generasi-generasi muda di setiap daerah dalam tindakan mewujudkan tujuan yang ada.

Gambar segilima melambangkan jumlah sila yang ada pada Pancasila,melambangkan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila berperan sebagai batas / filter bangsa Indonesia dari pengaruh external yang bersifat destruktif.

Gambar anak tangga melambangkan langkah-langkah alternatif yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan bersama, yakni

1. Menghimpun

2. Mengajak maju

3. Merubah pola fikir

4. Mengajar berkarya

5. Melakukan praktik. dan

Warna merah dan putih yang melambangkan kita bekerja mengabdi pada Negara Kesatuan Republik Indonesia

Senin, 31 Agustus 2015

Komikus Zaman Sekarang Kehilangan Karakter, Ini Sebabnya


Komikus Zaman Sekarang Kehilangan Karakter, Ini Sebabnya
Senin, 31 Agustus 2015 17:04


SURYAMALANG.COM/Samsul Hadi

Komikus Malang, Aji Prasetyo (baju merah rambut gondrong) dan anak Teguh Santosa, Dhany Valiandra (baju abu-abu) melakukan diskusi dengan pengunjung pameran komik karya Teguh Santosa di gedung Dewan Kesenian Kota Malang, Senin (31/8/2015).
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Keterbatasan akses informasi dan literasi karya komik era 1970-an, membuat karya komikus genarasi sekarang kehilang karakater asli Indonesia.

Sekarang, kiblat komikus masa kini sudah bergeser ke Jepang dan Amerika Serikat.

Topik itu menjadi pembahasan dalam diskusi ringan di pameran komik karya Teguh Santosa di gedung Dewan Kesenian Kota Malang, Senin (31/8/2015). Hadir sebagai pembicara dalam diskusi itu, komikusMalang, Aji Prasetyo dan anak Teguh Santosa, Dhany Valiandra.

Aji Prasetyo mengatakan ada mata rantai yang terputus antara komikus di zaman Teguh Santosa dengan komikus generasi masa kini.

Minimnya literasi dan informasi tentang karya komik masa lalu, membuat komikus generasi sekarang yang beralih kiblat. Komikus era sekarang lebih berkiblat pada karya komik dari Jepang dan Amerika Serikat.

"Ini pentingnya ada pameran karya komik era 1970-an, seperti karya Teguh Santosa. Pameran ini bisa menjadi refrensi bagi komikus zaman sekarang," katanya.

Dikatakannya, pameran komik karya Teguh Santosa bukan sekadar untuk mengenang kebesaran nama Teguh ketika itu. Tapi, lewat pameran ini, para komikus muda dapat meneladani totalitas Teguh dalam membuat sebuah karya.

Dengan keterbatasan teknologi, Teguh dapat membuat karya komik yang bagus ketika itu.

"Saya paling salut dengan riset yang dilakukan Teguh sebelum membuat karya. Riset visualnya kuat. Ia harus keliling ke museum-museum sebelum membuat karya. Seharusnya komikus sekarang malu kalau risetnya kalah dengan Teguh. Apalagi sekarang didukung tekonologi canggih," ujarnya.

Anak Teguh Santosa, Dhani Valiandra mengakui memang ada mata rantai yang terputus antara karya komikus era 1970-an dengan komikus zaman sekarang.

Hal itu disebabkan minimnya informasi dan literasi tentang komik karya komikus zaman dulu. Pemerintah sendiri dinilai kurang peduli untuk mengarsipkan karya-karya komik masa lalu.

"Sekarang, kami ingin membangkitkan kembali komik di Indonesia. Salah satunya dengan membuat pameran komik karya Teguh Santosa," katanya.

Ia juga berencana membuat pameran besar komik karya Teguh Santosa tahun depan (2016) di Malang. Pameran komik itu berskala nasional dan mendatangkan komikus dari luar negeri.

"Saya ingin membuat Teguh Santosa Award. Sekarang masih kami diskusikan konsepnya seperti apa," ujarnya.


Peserta diskusi, Wairis Soleh mengaku kagum dengan komik karya Teguh Santosa yang dipamerkan.

Menurutnya, komik karya Teguh Santosa sangat berkarakter. Beda dengan komik karya komikus sekarang yang lebih condong meniru karya dari Jepang dan Amerika Serikat.

"Karya komikus sekarang sudah kehilangan karakter. Sekarang kiblatnya ke Jepang dan Amerika Serikat. Soalnya, refrensi karya komik masa lalu sangat minim," katanya.

Ia berharap pemeran-pameran komik karya komikus masa lalu terus digalakan. Agar komikus generasi sekarang tidak terputus dengan karya komik masa lalu.

"Sekarang dunianya internet. Kalau bisa literasi dan informasi tentang karya komik masa lalu bisa diakses lewat internet," ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar