SMKN 1 Singosari

Rise.Up KIM

Arti Nama dan Logo Rise.Up KIM

Arti Nama

Rise.Up KIM berasal dari kata Rise dan Up yang berarti "Terus Berkembang",

yakni Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang bertekad untuk terus mengembangkan seluruh potensi lokal yang ada pada masyarakat, khususnya di daerah Kabupaten Malang.

Arti Logo

Gambar bintang melambangkan suatu tujuan, yakni tujuan bersama yang muncul dari seluruh elemen masyarakat dan harus diwujudkan.

Gambar buku melambangkan ilmu, yakni ilmu yang berperan sebagai jembatan penghubung untuk mewujudkan suatu tujuan.

Gambar obor melambangkan semangat yang berkobar, yakni semangat yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat khususnya para generasi-generasi muda di setiap daerah dalam tindakan mewujudkan tujuan yang ada.

Gambar segilima melambangkan jumlah sila yang ada pada Pancasila,melambangkan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila berperan sebagai batas / filter bangsa Indonesia dari pengaruh external yang bersifat destruktif.

Gambar anak tangga melambangkan langkah-langkah alternatif yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan bersama, yakni

1. Menghimpun

2. Mengajak maju

3. Merubah pola fikir

4. Mengajar berkarya

5. Melakukan praktik. dan

Warna merah dan putih yang melambangkan kita bekerja mengabdi pada Negara Kesatuan Republik Indonesia

Jumat, 28 Agustus 2015

Ternyata Korban dan Pelaku Pencabulan Makin Belia


Hati-hati! Ternyata Korban dan Pelaku Pencabulan Makin Belia
Kamis, 27 Agustus 2015 20:12


SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Korban dan pelaku pencabulanmakin belia. Jika tujuh tahun lalu mengenai anak-anak SMP dan SMA, sekarang bergeser ke anak-anak SD.

"Kasusnya tak hanya pencabulan, tapi hingga persetubuhan," ungkap Winny Isnaini, Wakil Ketua LPA (Lembaga Perlindungan Anak) Jawa Timur kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (27/8/2015).

Hal itu disampaikan usai mengisi kegiatan "Pemantapan Sekolah Ramah Anak Bagi Lembaga MI" di Pendopo Agung Kabupaten Malang.

Katanya, yang kena selain siswa SD/MI, ada juga pelaku yang keroyokan dua sampai tiga orang.

Hal ini dipicu karena mereka melihat gambar porno. Selanjunya, mereka menirukannya ke teman sebaya mereka.

"Anak-anak ada peniru paling baik," ungkap Winny.

Katanya, ketika sekolah, orangtua sudah menemukan ada gambar porno, harus segera ditindaki. Bagaimana jika korban dan pelakunya anak SMP dan SMA? Umumnya karena mereka pacaran dan biasanya ada "ancaman" seperti diputus atau tidak dipacari lagi.




"Akhirnya, diapa-apain pacarnya mau aja," kata dia.

Sedang jika pelakunya orang lain, biasanya karena pertemanan di media sosial (medsos). Kadang kenal sehari sudah sangat percaya dan akhirnya terjadi kasus asusila.

Dari pantauan LPA, para korban, pelaku biasanya dengan latar belakang dari keluarga broken home.

"Proteksi terbaik ya pada penguatan ketahanan keluarga. Jadi ortu itu tidak sekedarnya sehingga anak jadi korban," ungkap Winny.

Ia melihat pentingnya konselor atan BK (Bimbingan Konseling) di sekolah-sekolah. Terutama pada wilayah yang beresiko, terutama di daerah-daerah kantong TKI, seperti Kabupaten Malang. Wilayah kantong TKI misalkan di kawasan Malang selatan.

Cuma kendalanya, guru BK sering tidak ada. Akhirnya diisi guru dari mapel lainnya yang tidak linier. Tujuannya agar jam mengajar guru untuk mendapat sertifikasi terpenuhi.

Kecuali guru itu mau belajar pengetahuan itu.




"Ada guru BK misalkan diisi guru matematika. Akhirnya ketika ada masalah, assesmentnya tidak melihat latar belakang untuk mencari solusinya. Saya gak bisa menyalahkan karena latar belakangnya ilmu lain," ungkapnya.

Katanya, guru BK tak hanya jarang ditemui di level sekolah dasar, tapi juga jenjang pendidikan di atasnya.

"Padahal anak-anak SD itu sudah butuh tempat curhat," ungkap dia.

Pemerintah sendiri tidak bisa memberi sanksi jika sekolah tidak memiliki guru BK. Sehingga tergantung dari sekolah itu sendiri.

Meski belum ada guru BK, ia mengapresiasi sekolah yang gurunya mau aktif mengajari anaknya melaporkan jika terjadi sesuatu. Dengan begitu, bisa segera ditindaklanjuti.

"Onok opo-opo matur, berani lapor. Guru mengajari aktif ke anak," kata aktivis anak itu.

Dari penemuan LPA Jatim, pada kasus-kasus yang mengenai anak-anak, ternyata bisa digali dari pengakuan anak-anak itu sendiri. Ia menyebutkan kasus di daerah tampal kuda.




"Anak-anak ternyata tahu dukun yang membantu menggugurkan," jelasnya.

Katanya, kasus asusila juga mengenai anak-anak baik yang kurang banyak mengerti dan tidak ada arahan orangtua.

Bahkan mereka tak jarang aktifis di sekolah atau kampus. Dari jadi korban, mereka kemudian bisa menjadi pelaku sehingga punya sex addicted. Sayang, yang seperti itu penanganannya belum terjangkau dan belum ada bantuan pemerintah.

"Negara belum sadar menyembuhkan. Belum tahu siapa yang merehabilitasi mereka," ungkapnya.

Saat ini, konsen pemerintah masih pada penanganan rehabilitasi korban narkoba.

"Semoga segera ada yang menangani. Entah dimulai oleh siapa," pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar